Genteng – Aparatur pemerintahan desa di Kabupaten Banyuwangi ditingkatkan kualitasnya dengan mengikuti perkuliahan tingkat sarjana program pengembangan masyarakat melalui sinergi pemerintah desa dan beasiswa dari institusi pendidikan. Kuliah perdana dimulai Selasa (4/10/2016) di Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy, Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap, dengan mengikuti kuliah ini, kualitas SDM aparatur desa semakin meningkat yang muaranya adalah peningkatan pelayanan kepada masyarakat, baik pelayanan terkait administrasi publik maupun pengembangan masyarakat, termasuk peningkatan kapasitas pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
”Kami berharap bapak/ibu serius. Ke depan perubahan dan tantangan zaman terus dinamis, maka kapasitas menjadi penting. Pendidikan menjadi salah satu jalur untuk peningkatan kapasitas Bapak/Ibu semua dalam mengembangkan desa agar semakin maju,” ujar Anas saat membuka kuliah perdana tersebut.
Sebanyak 127 aparat desa mengikuti program ini. Selain diikuti oleh aparatur desa, program ini ke depannya dimungkinkan diikuti oleh anak muda di desa dengan ketentuan yang bersangkutan bersedia direkrut menjadi kader desa yang bertugas melayani masyarakat.
Anas mengatakan, kurikulum perkuliahan ini menyesuaikan dengan kebutuhan lokal masyarakat Banyuwangi yang disesuikan dengan regulasi tentangan pemerintahan desa, baik UU maupun peraturan teknis dari menteri terkait.
”Selama ini, saya melihat salah satu tantangan mendasar pengembangan desa adalah masalah SDM. Saat ini desa menjadi ujung tombak, perhatian pemerintah juga besar, sehingga perlu akselerasi. Kalau kita tidak melakukan upgrade ilmu dan kompetensi, tentu akan ketinggalan. Dengan pendidikan ini, semoga pelayanan desa semakin baik dan terstandardisasi,” paparnya.
Ketua Penyelenggara Perkuliahan Emmy Hidayati menambahkan, kurikulum perkuliahan fokus pada tiga hal, yaitu ilmu pemerintahan desa, tata kelola pemerintahan desa, dan psikologi komunikasi. Termasuk di dalamnya ada berbagai aspek terkait pengambangan masyarakat.
”Bagaimana memberdayakan masyarakat, menimbulkan inisiatif-inisiatif ekonomi warga di tingkat desa, atau mewujudkan pengelolaan desa yang akuntabel dan berkelanjutan, itu di antaranya yang disampaikan di perkuliahan,” ujar Emmy.
Materi kuliah terdiri atas 148 satuan kredit semester (SKS) yang ditempuh selama delapan semester. Sedangkan untuk menyusun kurikulum, IAI Ibrahimy didampingi oleh banyak pihak, termasuk sejumlah akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta. “Modul yang kami buat ini juga ada pendampingan langsung dari Australian Aid. Jadi memang tidak main-main,”katanya.
Kata Emmy, biaya perkuliahan akan diambilkan dari kas desa dan beasiswa yang diberikan oleh institusi pendidikan.
”Perkuliahannya sore hari setelah jam kerja. Kita dorong ini agar bisa efektif meningkatkan daya saing masyarakat desa. Nanti tentu di dalam perkuliahan ada praktik-praktik yang terkait kinerja para aparatur dalam melayani warga di masing-masing desanya. Misalnya, ada ujian bagaimana mereka bisa memancing inisiatif ekonomi lokal melalui BUMDes, memberdayakan kelompok ibu-ibu agar punya ekonomi produktif, dan sebagainya,” ujar Emmy.
Sementara itu, perangkat desa yang mengikuti perkuliahan merasa senang. Salah satunya M. Khoiri, yang menjabat Sekretaris Desa Sumberbuluh, Kecamatan Songgon. “Saya berharap bisa belajar banyak hal, sehingga bisa membantu kepala desa untuk mewujudkan smart kampung sebagaimana yang diharapkan pak bupati,” tutur Khoiri.
Rizki Restiawan