Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Dunia seni budaya Banyuwangi kembali berduka, Senin, (08/06). Poniti, salah satu maestro gandrung kebanggaan masyarakat Bumi Blambangan, tutup usia. Beliau dikenal sebagai salah satu sosok penting dalam pelestarian budaya, khususnya Tari Gandrung Banyuwangi.
Gandrung Poniti adalah salah satu maestro Gandrung tertua dan emaknya Gandrung. Kini Banyuwangi telah kehilangan salah satu tokoh yang menginspirasi. “Walau beliau sudah tua, tapi kegigihannya dalam memberikan inspirasi bagi kaum milenial cukup mengagumkan,” kata Kholiqul Ridho Sekertaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi saat mengudara di FM 95.6 Bintang Tenggara, Senin, (08/06) petang.
Menurut Ridho, Poniti, merupakan perempuan yang semasa hidupnya memberikan dedikasi pada pelestarian kesenian khas Banyuwangi. Ia sempat terkenang saat mengingat Poniti yang ikut serta dalam Festival Gandrung Sewu 2019.
Sejumlah prestasi dan penghargaan pun ia dapatkan semasa hidupnya. Paling diingat Ridho, ialah bentuk kegigihan serta perhatian saat turut dilibatkan dalam kegiatan Banyuwangi Festival perihal tari gandrung.
“Kala tahun 2019 lalu gandrung sewu mengisahkan tentang perjuangan rakyat Banyuwangi, dengan mengusung tema Panji-panji Sunangkoro melibatkan Poniti,” ujarnya.
Ridho menambahkan, perjuangan dan kegigihan Poniti dalam melestarikan budaya Banyuwangi, takkan pernah terlupakan baginya. Semasa hidup, Poniti sangat baik dan ramah kepada sineas penari gandrung muda.
Bahkan saat berlatih di tahun 2019 dia masih sehat, tidak bisa merasakan terbebani tapi selalu ceria. “Saya berharap Poniti mendapatkan tempat terbaik dan keluarga yang ditinggalkan bisa tabah,” pungkasnya
Fareh Hariyanto