BINTANGTENGGARA – Gelaran Festival Ngopi Sepuluh Ewu (Ngopi Sewu) kembali menyedot ribuan pengunjung di Desa Adat Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Acara yang telah berlangsung selama 12 tahun sejak 2014 ini konsisten menjadi magnet wisata andalan, menghadirkan suasana hangat dan akrab di bawah gemerlap lampu, diiringi aroma sedap kopi khas Banyuwangi.
Ribuan pengunjung, baik wisatawan domestik dari berbagai kota maupun mancanegara, memadati sepanjang jalan utama desa. Sepanjang koridor itu, warga dengan suka cita menyulap teras rumah mereka menjadi warung kopi dadakan, lengkap dengan meja, kursi, dan tempat lesehan. Hidangan utama yang disuguhkan adalah kopi robusta Banyuwangi, disajikan dalam cangkir tradisional warisan leluhur, secara cuma-cuma.
Tak hanya kopi, pengunjung juga disuguhi aneka kudapan tradisional khas masyarakat Osing, seperti kucur, tape ketan bungkus daun kemiri, dan pisang goreng, yang semakin melengkapi pengalaman kuliner yang autentik.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, turut hadir dan berbaur dengan masyarakat. Dalam kesempatan tersebut, Ipuk menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya.
“Momentum malam ini, selain untuk mengenalkan kopi Banyuwangi yang telah dikenal luas hingga ke luar negeri, juga menjadi sarana mempererat kebersamaan dan persaudaraan antarwarga Banyuwangi,” ujar Ipuk.
Ia juga mengapresiasi prestasi Desa Kemiren yang pada tahun ini meraih dua penghargaan bergengsi di tingkat dunia, yaitu International The 5th ASEAN Homestay Award dan The Best Tourism Villages Upgrade Programme 2025 dari United Nations Tourism (UN Tourism) PBB.
“Pemerintah daerah selalu mendukung semua warga Banyuwangi untuk bisa menjaga budaya Banyuwangi secara bersama-sama,” tegasnya.
Kekhasan festival ini berhasil memikat wisatawan asing, seperti Adela dan Ardek asal Republik Ceko. “Kami disambut sangat ramah, masyarakat sini memberikan secangkir kopi gratis dan rasanya sangat enak,” ujar Adela dengan senyum puas. Pasangan ini juga mengaku jatuh cinta pada kuliner tradisional yang disajikan.
“Banyuwangi sangat ramah. Banyak festival menarik seperti ini. Saya pasti merekomendasikan teman-teman saya datang ke sini,” tambah Ardek.
Selebgram Winona Araminta yang hadir untuk pertama kalinya mengaku terkesan dengan vibes festival tersebut. “Ramai banget, gak nyangka. Terus makanannya enak-enak dan murah-murah,” katanya.
Kepala Desa Kemiren, M. Arifin, menegaskan bahwa kelangsungan festival selama 12 tahun ini adalah buah dari kekompakan dan dukungan penuh warga. Menurutnya, kegiatan ini merupakan perwujudan nyata filosofi hidup masyarakat Osing, yaitu Suguh, Gupuh, Lungguh.
“Suguh berarti suguhan, Gupuh artinya antusias menerima tamu, dan Lungguh adalah menyiapkan tempat terbaik bagi tamu. Ngopi Sepuluh Ewu ini adalah bentuk nyata dari filosofi tersebut. Selain menjadi sarana pelestarian budaya, kegiatan ini juga menjadi wadah pemberdayaan ekonomi warga,” pungkas Arifin.
Festival Ngopi Sewu sekali lagi membuktikan diri sebagai event yang tak hanya menawarkan kenikmatan secangkir kopi, tetapi juga memperkuat jalinan kebersamaan, melestarikan kearifan lokal, dan mendongkrak ekonomi kreatif masyarakat Banyuwangi. (Asr)
Radio Bintang Tenggara Informasi Dan Solusi