BINTANGTENGGARA – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi secara rutin menggelar pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi masyarakat. Hal ini menjadi langkah antisipasi penting untuk meningkatkan pengetahuan dan ketangguhan warga dalam menghadapi berbagai risiko bencana.
Sebagai wilayah dengan topografi beragam, mencakup pegunungan dan berbatasan langsung dengan laut, Banyuwangi masuk dalam kategori daerah rawan bencana. Risiko tersebut kian meningkat selama musim penghujan dan cuaca ekstrem.
Pelatihan digelar secara kolaboratif oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Taruna Siaga Bencana (Tagana), Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB), serta Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat). Salah satunya, simulasi penanganan bencana dalam kegiatan Tagana Sapa Kampung (Tasmak) di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, yang terintegrasi dalam program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa).
Dalam simulasi tersebut, puluhan warga dari berbagai unsur, seperti ibu-ibu, anak-anak, perangkat desa, PKK, dan linmas, berpartisipasi aktif. Materi pelatihan mencakup penanganan kebakaran, penyelamatan saat angin puting beliung, gempa bumi, tanah longsor, hingga teknik pembuatan dapur umum.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menekankan pentingnya pelatihan semacam ini. “Simulasi ini penting agar masyarakat bisa tanggap. Sebagian besar wilayah Banyuwangi rawan bencana, baik alam maupun non-alam seperti kebakaran. Termasuk Desa Tamansari di lereng Ijen, kami latih agar mereka memiliki pengetahuan mitigasi yang baik,” ujarnya.
Ipuk berharap, dengan pelatihan ini, masyarakat dapat mengambil langkah tepat sebagai penanganan awal, sehingga mengurangi dampak bencana. “Ibu-ibu tadi sudah praktik memadamkan api dengan kain basah. Diharapkan jika terjadi sesuatu, warga tidak panik dan bisa bertindak tepat,” imbuhnya.
Koordinator Tagana Kabupaten Banyuwangi, Dedy Utomo, menyatakan bahwa simulasi ini merupakan bagian dari edukasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. “Yang pertama tahu saat bencana adalah lingkungan terdekat. Kami ingin membangun kemandirian masyarakat agar menjadi garda terdepan, sambil menunggu tim kabupaten tiba di lokasi,” jelas Dedy.
Dia menambahkan, pelatihan serupa rutin digelar di titik-titik rawan bencana. Sepanjang 2025, telah dilaksanakan di lebih dari 12 lokasi dengan frekuensi minimal sebulan sekali, termasuk dalam setiap kegiatan Bunga Desa. Upaya ini diharapkan terus memperkuat ketahanan masyarakat Banyuwangi dalam menghadapi ancaman bencana. (*)
Radio Bintang Tenggara Informasi Dan Solusi