BINTANGTENGGARA – Potensi geologi Banyuwangi kembali menjadi sorotan dunia akademik. Sebanyak 10 peserta bersama 3 pemandu lapangan dari Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI), termasuk seorang geolog asal Australia, melakukan eksplorasi lapangan selama empat hari di kawasan Geopark Ijen dan Pulau Merah. Kegiatan ini merupakan bagian dari konferensi tahunan MGEI, organisasi nirlaba di bawah Ikatan Ahli Geologi Indonesia.
Dalam pertemuan dengan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, perwakilan MGEI Arif Hermawan menegaskan alasan pemilihan lokasi. “Banyuwangi dipilih karena memiliki potensi mineral yang kuat. Kami ingin mengkaji proses pembentukan mineralisasi emas dan tembaga, serta keserupaannya dengan kondisi di Gunung Ijen,” ujarnya.
Wakil Ketua Jaringan Geopark Indonesia, Abdillah Baraas, menambahkan perspektif unik tentang keterkaitan geologi Pulau Merah dan Ijen. “Jika ingin melihat masa lalu Pulau Merah, lihatlah Ijen. Jika ingin melihat masa depan Ijen, lihatlah Pulau Merah. Batuan di Kawah Ijen memiliki karakter mirip dengan batuan kemerahan di Pulau Merah akibat proses oksidasi,” jelasnya.
Menurut Abdillah, Pulau Merah menjadi lokasi ideal untuk mempelajari mineralisasi tanpa harus menembus bagian dalam Gunung Ijen. Rombongan juga menyambangi Pusat Informasi Geologi Geopark Ijen untuk menelusuri sejarah pembentukan Banyuwangi yang berawal lebih dari 30 juta tahun lalu.
Dr. Ir. Arzyana Sunkar, peneliti IPB University, menekankan pentingnya pengembangan Geopark Ijen bagi ekosistem dan masyarakat. “Berbagai praktik baik di sini, termasuk keterlibatan masyarakat, bisa menjadi model bagi daerah lain,” katanya. Ia bahkan berencana mengundang Bupati Ipuk untuk mempresentasikan keberhasilan Banyuwangi dalam International Conference on Responsible Tourism and Hospitality di Malaysia, Juli 2026 mendatang.
Selain aspek akademik, peserta juga meninjau praktik pengelolaan lingkungan pertambangan oleh PT Bumi Suksesindo (BSI). Rendy, seorang exploration geologist dari PT Meares Soputan Mining, menilai pengalaman tersebut sebagai contoh baik yang dapat diadaptasi di daerah lain.
Bupati Ipuk Fiestiandani menyambut positif kunjungan para ahli. “Kekayaan geologi kami harus dimanfaatkan untuk riset dan edukasi. Semoga pengalaman ini mendorong lebih banyak kolaborasi untuk pengembangan Geopark Ijen,” tuturnya.
Kegiatan ini diharapkan memperluas jaringan kerja sama internasional sekaligus membawa manfaat nyata bagi pengembangan ilmu kebumian dan pariwisata berkelanjutan di Banyuwangi. (Asr)
Radio Bintang Tenggara Informasi Dan Solusi