Radiobintangtenggara.com, BALI – Hari raya Tumpek Landep yang jatuh setiap Saniscara Kliwon Wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali, hari raya itu dirayakan setiap 210 hari sekali hendaknya dimaknai sebagai momentum untuk mengasah ketajaman pikiran serta meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambrama wacananya seusai melakukan persembahyangan dalam rangka piodalan perayaan Tumpek Landep di Pura Penataran Agung Kerta Sabha.
Pastika menyampaikan Tumpek Landep yang berasal dari kata Tumpek yang berarti Tampek atau dekat dan Landep yang berarti Tajam, merupakan tonggak penajaman, citta, budhi dan pikiran.
“Hal ini berarti umat hindu diharapkan selalu berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran dengan landasan nilai – nilai agama,” katanya.
Tumpek Landep dapat dimaknai sebagi momen mengasah ketajaman pikiran dengan terus belajar dan menambah pengetahuan sehingga segala potensi yang ada dalam diri kita dapat memberikan manfaat sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
Menurut Pastika, Tumpek Landep bukan hanya rerainan untuk mengupacarai motor, mobil ataupun perabotan besi, tetapi lebih menekankan kepada kesadaran.
“Guna selalu mengasah pikiran agar lebih tajam sehingga akan lebih peka dengan lingkungan sekitar,” ujarnya.
Rangkaian prosesi piodalan yang turut dihadiri Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta serta Kepala OPD dan pejabat di lingkungan Pemprov Bali itu diawali dengan prosesi nedunang sasuhunan Ida Bhatara Hyang Siwa Pasupati yang disimbolisasikan berstana di keris, dari payogan beliau menuju Paruman di dalam pura untuk kemudian diupacarai.
Prosesi yang dipimpin oleh Ida Pedanda Putra Lor Singarsa dari Griya Simpangan Bernasi Buduk, Mengwi, Badung, juga diisi dengan Tari Rejang Renteng yang dipimpin langsung oleh Ny. Ayu Pastika serta Tari Topeng Tua dan Topeng Sidakarya. Prosesi diakhiri dengan persembahyangan bersama dan meminta nasi yasa.
YULIUS MARTONI