Radiobintangtenggara.com, BONDOWOSO – Pesta demokrasi 2019 menjadi ajang duka bagi para petugas pemilu serentak Presiden, DPD serta DPR. Para petugas pemilu banyak bertumbangan mulai dari sakit sampai ada yang meninggal dunia akibat dari kekalahan karena menjadi petugas pemilu.
Informasi yang di himpun radiobintangtenggara.com, Di Bondowoso ada keluarga kecil yang harus kehilangan janin dalam karena keguguran saat menjadi petugas KPPS, di TPS 10, Dusun Karang Anyar Desa Gunung Sari, Kecamatan Maesan Bondowoso Jawa Timur.
Menurut penuturan Korban Lupnatul Hoiroh ditemani suaminya, Muhammad Abdul Fawaid mengataka bahwa nasib naas yang menimpanya terjadi saat mulai memasuki tahap penghitungan suara.
“Saya merasa sakit perut, kemudian minta ijin untuk ke kamar mandi, saat itulah mengalami pendarahan. Namun saya tetep melanjutkan bertugas, dan awalnya tidak menyangka kalau ke guguran,” ungkapnya kepada sejumlah wartawan Jumat (26/04).
Lanjut Lupnah keesokan harinya ia bersama keluarganya, memutuskan untuk periksa ke bidan desa setempat, dan hasilnya menunjukkan bahwa janin yang baru berumur kurang dari tiga bulan itu, sudah tiada.
“Kata bidan saya terlalu kelelahan, dan berpengaruh pada kandungan. Apalagi, kandungan saya lemah katanya,” jelasnya dengan muka sedih.
Janin yang dikandung Lupnatul Hairoh, merupakan buah pertama dari pernikahannya dengan Fawaid. Usia pernikahan keduanya sekitar enam bulan.
Keduanya mengaku sangat sedih, dan merasa kehilangan dengan kecelakaan yang menimpa calon anak mereka. Apalagi, anak pertama.
“Kami sangat mendambakan anak pertama. Kalau tahu begini kan gak ikut (jadi KPPS, red). Tapi kami sudah ikhlas, mau gimana lagi. Mungkin belum waktunya, dan bukan saatnya diberi tanggung jawab anak oleh Allah,” kata Lupnah, dengan muka pasrah. (*)
Muhajir Efendi