Kemiren Banyuwangi Diakui Dunia, Masuk Jaringan Desa Wisata Terbaik UN Tourism 2025
Kemiren Banyuwangi Diakui Dunia, Masuk Jaringan Desa Wisata Terbaik UN Tourism 2025

Kemiren Banyuwangi Diakui Dunia, Masuk Jaringan Desa Wisata Terbaik UN Tourism 2025

BINTANGTENGGARA – Desa Wisata Adat Osing Kemiren di Kecamatan Glagah, Banyuwangi, kembali mencatatkan prestasi gemilang di kancah global. Baru-baru ini, desa yang menjadi benteng pelestarian budaya Osing ini ditetapkan sebagai bagian dari Jaringan Desa Wisata Terbaik Dunia, The Best Tourism Villages Upgrade Programme 2025, oleh United Nations Tourism (UN Tourism).

Penetapan bergengsi ini diumumkan dalam acara Best Tourism Villages by UN Tourism-2025 Ceremony & Third Annual Network Meeting di Huzhou, China, pada 17 Oktober 2025. Kemiren berhasil melangkah masuk ke dalam jaringan elit ini setelah melalui proses seleksi ketat yang melibatkan 270 desa wisata dari 65 negara anggota UN Tourism.

Keberhasilan Kemiren tidak lepas dari kekuatan budaya lokal yang dipertahankan dengan teguh oleh masyarakat Suku Osing, suku asli Banyuwangi. Di tengah arus modernisasi, desa ini tetap menjaga bahasa, arsitektur tradisional, serta berbagai ritual adat seperti Tumpeng Sewu, Barong Ider Bumi, dan Mocoan Lontar Yusuf. Setiap Minggu pagi, Pasar Kuliner Tradisional juga menghidupkan desa dengan sajian khas seperti Pecel Pitik dan Ayam Kesrut.

Filosofi hidup masyarakat Osing dalam menyambut tamu menjadi daya tarik utama. “Kita diajarkan suguh, gupuh, lungguh dalam menerima tamu,” ungkap Suhaimi, Ketua Adat Osing setempat. Suguh  berarti memberikan suguhan, gupuh menggambarkan semangat dan antusiasme, dan lungguh adalah upaya menyediakan tempat terbaik bagi tamu.

Nilai-nilai luhur inilah yang kemudian melahirkan agenda wisata ikonik, Festival Ngopi Sewu. Dalam festival tersebut, ribuan cangkir kopi disajikan oleh warga di sepanjang jalan utama desa sebagai bentuk penyambutan kepada setiap pengunjung. “Ngopi Sewu ini adalah bentuk nyata dari suguh, gupuh, lungguh  masyarakat Osing,” kata Mbah Imik, sapaan karib Suhaimi.

Meski bukan daerah penghasil kopi, Kemiren justru menjelma menjadi destinasi ngopi yang didambakan berkat keramahan dan filosofi tersebut. Gerai-gerai kopi tradisionalnya ramai dikunjungi penikmat kopi dari berbagai daerah setiap harinya.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyatakan kebanggaannya atas pencapaian ini. Menurutnya, Kemiren adalah bukti nyata bahwa kekuatan budaya lokal dapat menjadi pondasi pariwisata yang berkelanjutan dan mendunia.

“Kemiren telah menunjukkan bahwa desa dengan akar budaya yang kuat bisa maju tanpa kehilangan jati dirinya. Ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus memperkuat ekosistem pariwisata yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis budaya,” tegas Ipuk.

Pengakuan dari UN Tourism ini tidak hanya membanggakan, tetapi juga menjadi tantangan bagi Kemiren untuk terus menjaga kelestarian budaya sambil berkontribusi pada pembangunan pariwisata global yang berkelanjutan. (Asr)

About Bintang Tenggara

Check Also

Tanpa Biaya Tanpa Calo Inovasi Kejari Banyuwangi Permudah Pengambilan BB

BINTANGTENGGARA – Komitmen dalam memberantas aktivitas pungutan liar (pungli), calo maupun mafia Barang Bukti (BB). …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *