Penutupan Jalur Gumitir Akademisi Sebut “Cashback” Perparah Kelumpuhan Ketapang

BANYUWANGI, RBT – Kebijakan penutupan total jalur Gunung Gumitir selama dua bulan, yang menjadi penghubung vital antara Banyuwangi dan Jember, menuai sorotan serius dari kalangan akademisi. Dr. Hary Priyanto, S.T., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, menilai bahwa kebijakan ini tidaklah cukup tanpa disertai solusi konkret untuk mengatasi kelumpuhan akses nasional yang semakin parah.

“Jalur Gumitir bukan sekadar koneksi lokal. Ia adalah nadi logistik dan mobilitas yang menghubungkan Jawa dan Bali. Penutupan ini, jika tidak diiringi dengan kebijakan turunan yang jelas, justru akan menambah tekanan pada infrastruktur dan sosial,” tegas Hary PR, sapaan akrab Pakar Administrasi Publik Banyuwangi tersebut, Sabtu 26 Juli 2025.

Menurut Hary, kondisi akses menuju Pelabuhan Ketapang, yang menjadi gerbang utama menuju Bali, juga semakin memprihatinkan. Ia menjelaskan bahwa jalur alternatif via Ijen menuntut keahlian khusus bagi pengemudi karena medannya yang licin dan curam.

Sementara itu, jalur Pantura sudah lumpuh akibat volume kendaraan yang padat, dan pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS) belum juga rampung sepenuhnya.

Hary mengungkapkan bahwa kemacetan parah yang kerap terjadi di Pelabuhan Ketapang bukan semata-mata karena keterbatasan jumlah kapal. Lebih dari itu, ia menyoroti adanya praktik “cashback” yang diberikan kepada para sopir saat mereka memilih kapal tertentu.

“Truk-truk yang berjejer panjang menunggu di pinggir jalan itu bukan karena tidak ada kapal yang tersedia, tetapi karena ada pola sistemik yang membutuhkan penindakan tegas dari pihak berwenang,” ujarnya.

Hary menyebut praktik ini sebagai “patologi cashback” yang memperparah kondisi kelumpuhan logistik di area pelabuhan. Lebih lanjut, ia menyebut penutupan Jalur Gumitir bersamaan dengan urgensi reformasi Pelabuhan Ketapang sebagai ujian nyata bagi pemerintah.

“Perlu adanya kolaborasi pentahelix, yang melibatkan pemerintah, swasta, akademisi, media, dan komunitas, untuk bersama-sama mencari solusi yang berkelanjutan dan komprehensif,” terang Hary, yang juga sekaligus Ketua Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Banyuwangi.

Menyikapi situasi ini, Hary mengimbau warga Banyuwangi untuk membatasi perjalanan keluar daerah selama periode penutupan Jalur Gumitir. Sementara itu, bagi pengelola kendaraan logistik dan pelaku usaha, ia menyarankan agar lebih proaktif dalam memantau dan memahami kondisi lapangan guna mengantisipasi hambatan yang mungkin terjadi.

“Masyarakat bersabar untuk tidak bepergian keluar Banyuwangi dulu. Kemudian bagi kendaraan logistik, pelaku usaha bisa lebih proaktif meilhat kondisi lapangan agar tidak terjebak macet,” pungkasnya. (Asr)

About Bintang Tenggara

Check Also

Dishub Jatim Berharap Pembangunan Jalur Gumitir Gunakan Sistem Buka Tutup

Dishub Jatim Berharap Pembangunan Jalur Gumitir Gunakan Sistem Buka Tutup

BANYUWANGI, RBT – Bukan hanya Bupati Banyuwangi yang meminta Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *