Bangorejo – Sabtu sore (24/9), Sungai Sampean, Kecamatan Bangorejo Banyuwangi mendadak ramai dipenuhi oleh perahu hias dan replika kapal yang dekoratif. Beragam bentuk perahu pun ditampilkan warga. Ada yang bentuk kapal pesiar, kapal layar, kapal penumpang, kapal Tongkang, dan kapal Dewaruci.
Perahu-perahu tersebut memiliki ukuran yang beragam, mulai yang besar, sedang hingga kecil. Perahu besar memiliki panjang 20-30 meter, perahu sedang 15-20 meter, dan perahu kecil 10-15 meter. Kapal-kapal tanpa mesin tersebut merupakan peserta Festival Arung Kanal
Salah seorang peserta, Tatak (55), menyatakan senang dengan tradisi tersebut karena membuat desanya jadi ramai dikunjungi banyak orang. Pria bertubuh kecil ini pun mengaku sejak tahun 1972 selalu mengikuti lomba perahu hias di desanya. Tahun ini, kakek tiga cucu tersebut membuat replika Kapal Motor (KM) Tidar. “Dulu waktu pergi ke Maluku Utara saya naik KM Tidar. Kapalnya nyaman jadi saya seneng. Makanya tahun ini saya buat replikanya,”kata ayah dua orang putra ini.
Kapal ini dikerjakan warga dengan cara berkelompok. Masing-masing kelompok, ada yang sengaja membuat perahu baru atau sekedar memperbaiki perahu mereka yang sudah ada. Semua itu mereka persiapkan secara swadaya.
Sementara itu, ketua penyelenggara festival arung kanal, Syahman Mahadi, menyampaikan untuk mensukseskan festival ini panitia dan masyarakat saling menjalin sinergi. Mulai dari renacana pelaksanaan hingga pembiayaan. “Kami berupaya maksimal agar acara ini sukses tanpa hambatan. Agar ringan, panitia memberi bantuan kepada setiap peserta. Rp 10 juta kepada 8 peserta pembuat perahu besar, Rp 7 juta untuk 3 perahu sedang, dan Rp 4 juta untuk 2 perahu kecil. Total Rp 109 juta yang kami siapkan. Dana ini dianggarkan dari APBDes dan swadaya masyarakat,” kata Syahman.
Lomba perahu hias adalah tradisi masyarakat Dusun Tanjungrejo, Desa Kebondalem yang sudah dilaksanakan sejak akhir tahun 1960-an. Tradisi ini berawal dari lomba perahu dari batang pohon pisang bagi anak-anak untuk memperingati HUT kemerdekaan RI. Selain itu, tradisi ini juga wujud rasa syukur masyarakat setempat atas hasil panen yang melimpah.
Konon, air Sungai Sampean tidak pernah surut sepanjang tahun. Airnya selalu banyak dan jernih. Masyarakat di sana pun memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan irigasi guna mengairi sawahnya. Hasilnya memuaskan, tanamannya subur sehingga masyarakat selalu memperoleh hasil panen yang melimpah.
Dari situ lah, untuk mengekspresikan rasa syukurnya, masyarakat mulai menggelar lomba perahu hias di sungai yang mengalir membelah Desa Kebondalem ini. Tradisi tersebut digelar setiap dua tahun sekali.
Tradisi arung kanal ini berlangsung dua hari. Sehari sebelumnya, telah digelar ritual balang (lempar) apem yang merupakan bentuk syukur atas keberkahan dari Yang Maha Kuasa. Ribuan kue apem akan dilemparkan gadis desa dari perahu yang menyusuri sungai ke arah penonton yang berdiri berjajar di pinggir sungai.
“Tradisi ini kami masukkan sebagai salah satu rangkaian agenda Banyuwangi, tujuannya agar mengenalkan tradisi ini ke khalayak yang lebih luas. Selama ini, tradisi tersebut masih belum diketahui masyarakat luas. Namun dengan mengemasnya menjadi sebuah festival, kami berharap tradisi ini akan semakin terangkat dan dikenal masyarakat. Bahkan bisa menjadi daya tarik wisata baru bagi wisatawan dari luar daerah,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, MY Bramuda.
Sabtu malam itu pun, Sungai Sampean terlihat lebih berwarna. Begitu dilepaskan, puluhan perahu hias berjalan beriringan melintasi Sungai Sampean sejauh 1,7 kilometer. Warna-warni sinar yang terpancar dari lampu-lampu perahu menambah marak. Bagai kerlap-kerlip bintang, cahaya warna-warni lampu dari perahu akan menambah kemeriahan suasana malam sungai Sampean.
Ari Pradina, salah satu pengunjung asal Dusun Blokagung Desa Karangdoro mengatakan terkesan dengan festival ini. “Unik sekali, ada kapal kapal hias ukuran besar melintas di tengah sungai. Bentuknya lucu lucu dan bagus. Kreatif sekali, gak rugi saya jauh jauh nonton,” kata wanita yang datang bersama suaminya ini.
Rizki Restiawan