Inilah motor milik Muhammad Ali Mudofar, 26, asal Dusun Srono, Desa Kebaman, Kecamatan Srono yang berhasil mencuri perhatian mata penonton. Terlhat gambar Bupati Anas dan Ny Ipuk bersama dalam satu objek

Meski Juara, Seniman Stiker Banyuwangi Masih Butuh Perhatian

Banyuwangi – Seniman stiker asal kabupaten berjuluk The Sunrise Of Java mendapat prestasi yang membanggakan dalam even Honda Modif Contest (HMC) 2016 yang digelar di Surabaya pada Minggu 23-24 Juli  lalu.

Sejak mulai mengikuti kontes pada tahun 2015, karya tangan terampil dari la lare osing ini sudah mampu menorehkan prestasi yang membanggakan. Mereka dapat mempertahankan posisi puncak dengan memperoleh dua juara sekaligus dalam dua tahun berturut – turut. Karya seni dari seniman stiker bumi blambangan ini mendapat juara I dan II dalam kategori Stikers and Decals, dengan mengambil tema “Culture and Tourism Banyuwangi”.

Prestasi membanggakan ini sekaligus mengantarkan nama Banyuwangi dikancah Nasional untuk mewakili Jawa Timur ke Final Battle di Jakarta yang akan digelar pada 17 – 18 September 2016 mendatang.

Dalam even tahunan tersebut, motor milik seniman stiker Muhammad Ali Mudofar, 26, asal Dusun Srono, Desa Kebaman, Kecamatan Srono ini mencuri perhatian mata penonton yang menyaksikan. Betapa tidak, baru saja dibuka dan dimulai acara kontes, puluhan orang langsung memadati stand eksibisi area Banyuwangi.

Stiker garapan sekumpulan pemuda yang mengatasnamakan dirinya Community Bakul Keletan (CBK) Banyuwangi ini, menjadi satu – satunya karya seniman stiker se – Indonesia yang dinilai oleh juri sebagai yang terbaik dalam kategorinya. Baik dalam segi kreativitas, tingkat kerumitan, kerapian maupun akulturasi warna yang disajikan.

Selain mengangkat potensi budaya dan pariwisata di Banyuwangi, Ali bersama tim sengaja memilih tema tersebut lantaran unik dan jarang dipamerkan oleh daerah lain. “Kami memilih tema ini karena kami cinta Banyuwangi, sehingga apa yang ada di Banyuwangi baik budaya dan pariwisatanya, kami coba tuangkan dalam karya berupa stiker ini,” kata Ali sambil menunjuk stiker yang digarapnya. Rabu (17/8)

Kategori ini memang menjadi favorit bagi para seniman stiker, selain bisa menyalurkan hobi dan kreativitas, para seniman stiker ini juga ingin melihat sejauh mana ilmu dan keahlian mereka didalam menganggap suatu karya seni melalui stiker.

Meskipun metode pembuatan karya seni ini terbilang susah dan harus menggunakan aplikasi khusus, seperti design grafis dengan tingkat kerumitan yang luar biasa, namun tidak menyurutkan niat mereka untuk berkarya. Justru hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para seniman stiker.

Menurut Nur Wahid, 27, salah satu pengurus Community Bakul Keletan (CBK) Banyuwangi, karya dari seniman stiker kota Gandrung saat ini menjadi  kiblat dan jujugan bagi para seniman stiker lain diberbagai penjuru Nusantara untuk menimba ilmu. “Mulai dari Jember, Lumajang, Kediri, Surabaya, Lampung hingga Kalimantan, sudah mengakui bahwa karya dari Banyuwangi sangat menarik,” katanya.

Meski demikian apa yang sudah dilakukan Wahid bersama seniman stiker lain tersebut tidak membuat pemerintah setempat tergerak hatinya untuk memberikan ruang kepada para seniman ini. Kata Wahid, seni stiker harusnya mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah setempat, karena selain ikut “menjual” potensi wisata dan budaya daerah, para seniman stiker dapat membantu menggerakan roda perekonomian masyarakat terutama bagi para pemuda Banyuwangi yang saat ini masih menganggur. “Kalau ada pelatihan, kami siap sebagai mentor,” pungkasnya.

Sekedar diketahui, kontes modifikasi ini ada 14 kelas yang dilombakan, yaitu 11 kelas untuk motor tahun produksi di atas 2006 (Matic Stock/Bolt On, Scoopy Stock/Bolt On, Matic Advance, Sport Fairing, Sport Naked, Matic Racing Style, Cub and Sport Racing Style, Airbrush Graphic, Airbrush Realist/Cartoon, Stikers and Decals, serta Free For all). Dan 3 kelas untuk motor tahun produksi di bawah 2006 (Choppy Cub, Cafe Racer & Bratstyle dan Free For All) yang diikuti peserta dari seluruh Indonesia.

Rizki Restiawan

About Rima Indah

Check Also

Heru Prayito, Kepala MI Baburrohmah Kalibaru (42) menceritakan kronologi saat ia bersama guru lainnya menemukan korban. (Foto. Rendra Prasetyo)

Kepala Sekolah MI Baburrohmah Kalibaru Bercerita Saat Menemukan Korban Meninggal Dunia di Kebun Sengon

Heru Prayito, Kepala MI Baburrohmah Kalibaru (42) menceritakan kronologi saat ia bersama guru lainnya menemukan korban hingga akhirnya dikabarkan meningal dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *