Banyuwangi – Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi dalam kurun waktu lima tahun terakhir selalu berada pada tren yang positif. Pertumbuhannya selalu di atas rata – rata jawa timur dan nasional. Indikator yang mencerminkan besaran perekonomian daerah adalah salah satunya produk domestik regional bruto (PDRB).
Pada 2010 PDRB Banyuwangi sebesar 32,46 triliun, kemudian meningkat Rp. 36,95 triliun (2011), Rp. 42,10 triliun (2012), Rp 47,23 triliun (2013) dan Rp. 53,37 triliun (2014)
Besaran perekonomian yang terus naik ini, membawa dampak kepada pendapatan per kapita masyarakat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi melonjak 62 persen dari Rp. 20,8 juta (2010) menjadi Rp. 33,6 juta (2014). Melampaui sejumlah kabupaten/kota di Jatim yang sebelumnya selalu di atas Banyuwangi.
Dari aspek kapasitas fiskal, kemampuan APBD pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Belanja pemerintah turut menggerakkan perekonomian. Jika pada 2010, APBD baru Rp 1,29 triliun, maka tahun 2015 lalu menembus angka Rp 3 triliun. Terjadi peningkatan APBD sebesar 133 persen dari 2010 ke 2015. Secara kumulatif tumbuh 171,43 persen dari 2010 ke 2015 atau rata-rata 34,28 persen pertahun. Lebih tinggi dari nasional yang hanya di kisaran 15 persen pertahun.
Perkembangan positif dunia usaha di Banyuwangi juga terkonfirmasi lewat kinerja perbankan. Berdasarkan data resmi Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit di Banyuwangi pada 2010 sebesar 3,29 triliun, terus tumbuh menjadi Rp. 8,93 triliun pada 2015 (data November 2015). Secara kumulatif tumbuh 171,43 persen atau rata-rata 34,82 persen per tahun.
Level pertumbuhan itu di atas rata-rata pertumbuhan kredit secara nasional yang hanya di kisaran 15 persen per tahun. Kredit macet atau non performing loan (NPL) juga berhasil ditekan. Dari 4,1 persen menjadi 2,1 persen pada 2014.
Reporter : Rizki Restiawan