Dukungan warga bagi pasien terkonfirmasi Covid-19 di Jakarta. (Foto Cnnindonesia.com)

IDI Banyuwangi Jelaskan Stigma Buruk Pasien Covid-19 Berdampak Negatif

Radiobintangtenggara.com, BANYUWANGI – Ikatan Dokter Indonesia Cabang Banyuwangi meminta warga untuk tidak menstigma buruk dan melakukan diskriminasi terhadap pasien terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19). Sebab stigma jelek dan diskriminasi justru akan berdampak buruk bagi proses pemulihan pasien Covid-19. Selain pasien ia juga menekankan agar warga tidak membeda-bedakan dengan warga yang sudah sembuh Covid-19.

Yos Hermawan, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Banyuwangi menanggapi perihal menstigma buruk dan melakukan diskriminasi terhadap pasien terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19). Ia mengatakan label stigma dan diskriminasi dapat berdampak negatif terhadap kondisi kejiwaan pasien, sehingga menurunkan imunitas untuk melawan virus corona.

Menurut Yos, warga harus gotong royong dan menunjukkan empati terhadap sesama yang terdampak Covid. Warga juga diimbau untuk membangun hal-hal positif guna mencegah stigma dan diskriminasi. Ia menilai semakin bertambahnya pasien terkonfirmasi Covid-19 di Banyuwangi belum linier dengan sikap masyarakat dalam menghadapi pandemi ini.

Ditambah sikap yang terkesan menjahui pasien sembuh yang sempat terconfirmasi Covid-19 dirasa justru menghambat perkembangan pasien dalam aspek psikologisnya. “Sebab selama masa karantina pasien sudah merasakan tersiksanya orang yang berada di ruang isolasi tanpa bisa bertemu dengan orang lain,” katanya saat mengudara di FM 95,6 Bintang Tenggara Banyuwangi.

Apalahi kasus Covid-19 di Banyuwangi sudah lima bulan. Namun kesadaran masyarakat masih dirasa kurang. Langkah sederhana dengan penggunaan masker di Masyarakat kadang sulit di edukasikan.Namun IDI sudah berkomitmen bagi warga akan terus dilakukan edukasi.

Yos menegaskan  bahwa untuk memastikan seseorang sembuh dari COVID-19 dilakukan berdasarkan dengan persyaratan yang ada. Jika gejala sudah tidak tampak, mereka harus menjalani dua kali tes dengan rentang waktu tertentu. Apabila dua tes tersebut menyatakan ia negatif, barulah mereka diizinkan untuk pulang ke rumahnya dan melakukan isolasi mandiri. Jadi, virus di dalam tubuhnya benar-benar dipastikan sudah tidak ada sehingga tidak akan menularkan kepada orang di sekitar atau menjadi silent carrier.

Penjelasan semacam itu perlu ditekankan kembali agar pasien sembuh Covid-19 yang sudah kembali ke rumah untuk melakukan karantina mandiri tidak mendapatkan perlakukan diskriminatif dari masyarakat. Pun begitu, pasien sembuh dan orang-orang yang tinggal bersamanya juga tetap harus menerapkan pola hidup sehat, seperti rajin mencuci tangan, makan makanan bergizi, olahraga, dan istirahat yang cukup.

Fareh Hariyanto

About Fareh Hariyanto

Check Also

Heru Prayito, Kepala MI Baburrohmah Kalibaru (42) menceritakan kronologi saat ia bersama guru lainnya menemukan korban. (Foto. Rendra Prasetyo)

Kepala Sekolah MI Baburrohmah Kalibaru Bercerita Saat Menemukan Korban Meninggal Dunia di Kebun Sengon

Heru Prayito, Kepala MI Baburrohmah Kalibaru (42) menceritakan kronologi saat ia bersama guru lainnya menemukan korban hingga akhirnya dikabarkan meningal dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *