Penganugerahan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden RI ke Pencipta Salawat Badar. (Foto. Istimewa)
Penganugerahan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden RI ke Pencipta Salawat Badar. (Foto. Istimewa)

Presiden Jokowi Anugerahkan Bintang Budaya Parama Dharma kepada Mendiang KH Ali Manshur atas Ciptaan Selawat Badar

BINTANGTENGGARA.NET, BANYUWANGI – Presiden Joko Widodo menganugerahkan kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada mendiang KH. Ali Manshur dalam upacara di Istana Negara.

Penghargaan itu diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi KH. Ali Manshur dalam menciptakan Selawat Badar selama masa tinggalnya di Banyuwangi pada periode 1959-1967.

Penghargaan bergengsi ini diterima langsung oleh putra sulung KH. Ali Manshur, KH Ahmad Syakir Ali, dan putra bungsunya, Gus Saiful Islam.

Penganugerahan tersebut diresmikan melalui Keputusan Presiden Nomor 107/TK/TH 2024 Tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, yang hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini, mengungkapkan rasa bangganya atas penghargaan tersebut.

“Selawat Badar memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Banyuwangi. Sebagai warga Banyuwangi, kami sangat bangga atas penganugerahan ini,” ujar Ipuk.

Ipuk juga menambahkan bahwa Selawat Badar tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya Banyuwangi, tetapi juga membawa berkah bagi daerah tersebut.

“InsyaAllah, Banyuwangi turut mendapat berkah dari Selawat Badar yang diciptakan oleh Kiai Ali Manshur semasa beliau tinggal di sini,” lanjutnya.

Ipuk menyebutkan bahwa di Banyuwangi mulai bermunculan landmark yang berkaitan dengan Selawat Badar.

Salah satunya adalah di destinasi wisata Banyuwangi Theme Park, yang menampilkan konten historis tentang Selawat Badar.

“Ke depan, tentu perlu didorong lebih banyak lagi untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa selawat tersebut diciptakan di Banyuwangi,” tambah Ipuk.

KH Ahmad Syakir Ali, putra KH. Ali Manshur, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian pada Selawat Badar dan proses penciptaannya.

Menurut Syakir, Kabupaten Banyuwangi memiliki peran penting dalam mendorong lahirnya Selawat Badar yang digubah oleh ayahandanya tersebut.

“Sedikit banyak, tentu terinspirasi oleh Banyuwangi,” ujarnya.

Penulis buku “Selawat Badar: dari Banyuwangi untuk Dunia,” Ayung Notonegoro, juga menjelaskan bahwa teks Selawat Badar mencerminkan kondisi sosio-politik Banyuwangi pada masa Orde Lama.

Saat itu, kontestasi politik menyentuh berbagai bidang, termasuk seni-budaya hingga akhirnya tercetuslah selawat itu.

“NU Banyuwangi menyebarluaskan Selawat Badar dengan aransemen yang rancak dan penuh semangat, mencerminkan dinamika situasi saat itu,” papar Ayung.

Penganugerahan Bintang Budaya Parama Dharma menjadikan Selawat Badar sebagai bagian dari warisan budaya yang tidak hanya penting bagi Banyuwangi, tetapi juga bagi Indonesia.

Penghargaan ini juga menjadi pengingat akan kontribusi besar KH. Ali Manshur dalam memperkaya khazanah budaya bangsa melalui karya-karyanya yang abadi. (RBT/Far)

About Fareh Hariyanto

Check Also

MoU yang ditandatangani Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan PT Bumi Sukses Indo untuk pembangunan Rumah Sakit. (Foto. Istimewa)

Gandeng PT Bumi Suksesindo, Pemkab Banyuwangi Bakal Bangun Rumah Sakit di Kecamatan Pesanggaran

Peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan terus menjadi prioritas Pemkab Banyuwangi termasuk upaya pembangunan rumah sakit di Kecamatan Pesanggaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *